20 Contoh Kegiatan Kokurikuler Gerakan 7KAIH untuk Siswa SD
20 Contoh Kegiatan Kokurikuler Gerakan 7KAIH untuk Siswa SD: Tumbuhkan Karakter Sejak Dini
gurumerangkum.com - Sekolah bukan hanya tempat menanam ilmu pengetahuan, tetapi juga ladang subur bagi pembentukan karakter dan kepribadian. Dalam Kurikulum Merdeka, pendekatan kokurikuler seperti Gerakan 7KAIH menjadi sarana strategis membentuk siswa yang seimbang secara spiritual, sosial, intelektual, dan fisik. Gerakan ini meliputi: beribadah, berolahraga, bermasyarakat, gemar belajar, bangun pagi, tidur tepat waktu, dan makan sehat dan bergizi.
Kegiatan-kegiatan yang diturunkan dari 7KAIH dapat dikemas menjadi aktivitas rutin atau tematik, menyenangkan, dan sesuai perkembangan anak usia SD. Berikut ini 20 contoh kegiatan kokurikuler yang bisa diadopsi langsung oleh sekolah dan guru untuk menguatkan profil pelajar Pancasila.
A. BERIBADAH
1. Sholat Dhuha atau Doa Pagi
Bersama di Sekolah
Membiasakan ibadah di pagi hari
merupakan langkah awal membentuk kesadaran spiritual anak. Siswa dapat diajak
sholat dhuha bagi yang Muslim, atau berdoa pagi bersama sesuai keyakinan
masing-masing sebelum memulai pelajaran. Kegiatan ini tidak hanya menguatkan
nilai religius, tetapi juga menciptakan suasana kelas yang tenteram.
Guru dapat membimbing secara
konsisten dan memberikan penekanan pada makna, bukan sekadar rutinitas. Siswa
jadi lebih memahami bahwa spiritualitas adalah pondasi karakter yang akan
membimbing mereka dalam bersikap dan mengambil keputusan sehari-hari.
2. Hafalan Doa dan Cerita
Nilai Agama
Melalui kegiatan kokurikuler
mingguan, siswa diajak menghafal doa harian yang berkaitan dengan aktivitas
mereka, seperti doa sebelum makan, belajar, atau tidur. Selain itu, mereka
dapat mendengarkan cerita pendek bertema nilai agama, seperti kejujuran, berbagi,
dan kasih sayang.
Aktivitas ini dapat dilakukan dengan metode bernyanyi, bermain peran, atau membuat kartu doa. Melalui pendekatan visual dan kinestetik, siswa lebih mudah menginternalisasi nilai-nilai spiritual ke dalam kehidupan sehari-hari.
B. BERMASYARAKAT
3. Program “Teman Baikku”
Setiap siswa diminta menjadi
teman baik bagi siswa lain selama satu minggu. Mereka harus saling membantu,
menyapa, dan menulis catatan kecil tentang pengalaman berteman tersebut. Di
akhir minggu, siswa berbagi kisah pertemanannya di depan kelas.
Kegiatan ini bertujuan
mengembangkan rasa empati, toleransi, dan kepedulian sosial. Siswa belajar
bahwa hidup bermasyarakat dimulai dari lingkungan terdekat, yaitu teman di
sekolah. Nilai persahabatan yang tumbuh dari sini bisa menjadi akar kuat bagi
kepedulian sosial di masa depan.
4. Aksi Sosial Mini: Bawa Buku
untuk Teman
Siswa diajak untuk menyumbangkan
satu buku cerita yang mereka miliki kepada teman yang belum punya buku bacaan
di rumah. Kegiatan ini tidak mengutamakan nilai barang, melainkan semangat
berbagi dan memperkaya literasi antarsiswa.
Guru dapat mendampingi proses ini dengan diskusi tentang pentingnya saling membantu dan berbagi rezeki. Siswa akan merasakan bahwa kepedulian bisa diwujudkan dengan cara yang sederhana, namun berdampak besar.
C. GEMAR BELAJAR
5. Klub “Aku Suka Membaca”
Kegiatan ini dilakukan seminggu
sekali, di mana siswa membaca buku pilihan mereka lalu menceritakan kembali isi
bacaan di depan teman-teman. Guru bisa memberikan penghargaan kecil bagi siswa
yang antusias atau mampu menyampaikan cerita dengan menarik.
Dengan kegiatan ini, siswa tidak
hanya suka membaca, tetapi juga belajar berkomunikasi secara lisan,
menyampaikan ide, dan membangun rasa percaya diri. Hal ini sangat penting dalam
membentuk siswa yang kritis dan mampu menyampaikan gagasan.
6. Laboratorium Mini:
Eksperimen Sains Sederhana
Guru menyiapkan eksperimen sains
sederhana seperti menumbuhkan kacang hijau, membuat pelangi dari air dan tisu,
atau meniup balon dari soda dan cuka. Anak-anak diberi peran sebagai peneliti
kecil dan diminta mencatat pengamatan mereka.
Kegiatan ini tidak hanya menumbuhkan semangat belajar sains, tetapi juga melatih logika, observasi, dan kerjasama. Anak menjadi aktif bertanya dan menemukan sendiri pengetahuan lewat eksplorasi nyata.
D. BANGUN PAGI
7. Jadwal “Raja Pagi” Kelas
Guru menempelkan tabel di dinding
kelas, mencatat siapa saja yang datang sebelum pukul 06.45. Setiap minggu,
siswa yang konsisten datang pagi mendapat gelar “Raja Pagi” dan diberi pin
istimewa atau tugas menyenangkan sebagai asisten guru.
Program ini secara tidak langsung
memotivasi anak untuk bangun lebih awal dan berangkat sekolah lebih semangat.
Nilai tanggung jawab dan disiplin menjadi kebiasaan, bukan karena paksaan,
tetapi karena dorongan internal.
8. Jurnal “Aktivitasku Sebelum
Sekolah”
Siswa mencatat rutinitas pagi
mereka setiap hari, misalnya jam bangun tidur, mandi, sarapan, dan berangkat
sekolah. Guru dapat memilih beberapa jurnal untuk dibacakan di depan kelas
sebagai refleksi bersama.
Kegiatan ini membuat siswa lebih sadar akan pentingnya memulai hari dengan aktivitas sehat dan teratur. Jurnal ini juga menjadi jembatan komunikasi antara rumah dan sekolah dalam membentuk rutinitas positif anak.
E. TIDUR TEPAT WAKTU
9. Kalender Bintang Tidur
Sehat
Siswa menerima kalender yang
diisi setiap malam jika mereka berhasil tidur sebelum pukul 21.00. Setiap pagi,
orang tua membubuhkan tanda tangan sebagai validasi. Di akhir bulan, guru
menilai konsistensi siswa.
Melalui kegiatan ini, siswa
belajar bahwa tidur cukup penting untuk kesehatan dan prestasi belajar.
Aktivitas ini juga mengajak orang tua terlibat aktif dalam membentuk pola tidur
anak secara positif.
10. Cerita Anak Sebelum Tidur
(Audio/Video)
Sekolah menyediakan akses ke
koleksi cerita audio atau video bertema edukatif yang bisa didengarkan siswa
sebelum tidur. Guru memberi tautan atau menyampaikan cerita melalui grup kelas.
Ini menjadi cara menyenangkan menutup hari anak. Cerita sebelum tidur dapat membentuk kebiasaan tenang sebelum beristirahat, sekaligus menyerap nilai moral melalui dongeng yang inspiratif.
F. BEROLAHRAGA
11. Senam Tematik 7KAIH
Setiap hari Senin, sekolah
mengadakan senam tematik yang menggabungkan gerakan dan pesan nilai 7KAIH,
seperti “senam gizi seimbang” atau “senam tangguh pagi hari”. Musik dan
koreografi dikemas menyenangkan.
Senam ini bukan hanya menjaga
kebugaran, tetapi juga media penyampaian pesan karakter yang membekas di benak
anak. Aktivitas fisik menjadi sesuatu yang dinanti, bukan dipaksakan.
12. Tantangan Gerak Aktif di
Rumah
Siswa diberi misi harian berupa
gerakan seperti lompat bintang 20 kali, jalan keliling rumah, atau menari
bebas. Mereka mengisi lembar tantangan dan membawa ke sekolah tiap Jumat.
Anak-anak jadi terbiasa bergerak aktif setiap hari meski di luar jam sekolah. Ini membentuk kesadaran bahwa olahraga tidak harus dilakukan di lapangan, tetapi bisa diintegrasikan dalam rutinitas.
G. MAKAN SEHAT DAN BERGIZI
13. Menu Bekalku, Pilihanku
Sekolah membuat tema makan siang
mingguan, misalnya “Sayuran Favoritku” atau “Protein Nabati Minggu Ini”. Anak
didorong membawa bekal sesuai tema dan menjelaskan manfaatnya saat jam makan.
Dengan ini, siswa memahami nilai
gizi secara aplikatif dan menyenangkan. Anak juga belajar menghargai makanan
buatan rumah dan mengenali kandungan gizi dari makanan sehari-hari.
14. “Master Chef Mini” di
Sekolah
Dalam event kokurikuler khusus,
siswa membawa bahan sehat dari rumah untuk diracik bersama menjadi camilan
sehat, seperti salad buah, sandwich telur, atau puding jagung. Guru mendampingi
dan memberi narasi gizi selama proses berlangsung.
Kegiatan ini mempererat hubungan
guru dan siswa sambil menanamkan edukasi gizi secara praktis. Anak juga menjadi
lebih berani mencoba makanan sehat karena terlibat langsung dalam pembuatannya.
A. BERIBADAH
15. Kalender Amalan Harian
Siswa diberikan kalender
sederhana dengan daftar amalan harian seperti berdoa sebelum makan, membantu
orang tua, mengucapkan salam, dan membaca doa tidur. Setiap kali siswa
melakukannya, mereka memberi tanda centang atau stiker bintang.
Program ini menanamkan kesadaran
bahwa ibadah bukan hanya ritual, tetapi juga kebiasaan baik dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan pendekatan gamifikasi, anak-anak lebih termotivasi untuk
melakukan amalan secara konsisten.
16. Cerita Hikmah dari Tokoh
Agama
Dalam sesi mingguan “Cerita
Hikmah”, guru menceritakan kisah-kisah tokoh agama yang menggambarkan
kejujuran, keberanian, atau kasih sayang, disesuaikan dengan usia siswa. Anak
diminta menuliskan nilai moral yang mereka tangkap.
Kegiatan ini membentuk koneksi antara kisah spiritual dan perilaku nyata. Anak belajar meneladani tokoh-tokoh tersebut dan secara bertahap menerapkannya dalam kehidupan mereka sendiri.
B. BERMASYARAKAT
17. Hari Kostum Profesi Orang
Tua
Siswa memakai kostum sesuai
profesi orang tua dan menceritakan sedikit tentang pekerjaan tersebut. Ini
memberi ruang kepada siswa untuk menghargai profesi, serta mengenal lebih dekat
keberagaman peran dalam masyarakat.
Dari kegiatan ini tumbuh rasa
hormat kepada orang tua dan lingkungan sosial mereka. Anak pun belajar bahwa
semua profesi, dari petani hingga dokter, berperan penting dalam kehidupan
bermasyarakat.
18. Piket Lingkungan Sekolah
Siswa dibagi kelompok untuk
menjaga kebersihan dan keindahan kelas serta taman sekolah setiap hari. Mereka
menyapu, menyiram tanaman, dan merapikan peralatan kelas.
Melalui kegiatan ini, anak-anak belajar tanggung jawab sosial dan kerja sama. Mereka juga menjadi lebih peduli pada lingkungan sekitar dan terbiasa menjaga kebersihan sebagai bagian dari hidup bermasyarakat.
C. GEMAR BELAJAR
19. Tantangan 5 Menit
Bercerita
Setiap hari, dua siswa diberi
kesempatan bercerita bebas tentang apa saja: pengalaman akhir pekan, hewan
peliharaan, atau hal menarik yang mereka pelajari. Cerita maksimal 5 menit, dan
teman-teman diberi waktu untuk memberi tanggapan.
Program ini membangun kebiasaan
menyampaikan ide, meningkatkan kemampuan komunikasi, serta menumbuhkan rasa
percaya diri. Anak-anak juga belajar mendengarkan dan menghargai pendapat orang
lain.
20. Penjelajah Dunia Maya
Edukasi
Guru memperkenalkan situs edukasi
anak-anak yang aman dan menarik, seperti permainan matematika, teka-teki
logika, atau video pembelajaran sains sederhana. Siswa diarahkan untuk
menjelajah secara mandiri di jam belajar digital.
Dengan bimbingan guru, anak-anak
menjadi akrab dengan dunia digital yang positif. Mereka diajarkan menggunakan
teknologi untuk belajar, bukan hanya hiburan, dan sekaligus mulai memahami
etika digital secara bertahap.
20 Contoh Kegiatan Kokurikuler untuk Siswa SD
20 Contoh Kegiatan Kokurikuler Lintas Disiplin Ilmu untuk Siswa SD Lihat
20 Contoh Kegiatan Kokurikuler Gerakan 7KAIH untuk Siswa SD Lihat
20 Contoh Kegiatan Kokurikuler Melalui Cara Lainnya untuk Siswa SD Lihat
Penutup: Pendidikan Karakter yang Hidup dan Nyata
gurumerangkum.com - Melalui implementasi kegiatan
kokurikuler berbasis Gerakan 7KAIH, sekolah dapat menciptakan ekosistem belajar
yang hidup dan relevan. Setiap kegiatan dirancang tidak hanya mendidik otak,
tetapi juga hati dan tindakan. Anak-anak belajar lewat pengalaman nyata,
interaksi sosial, dan pembiasaan sehari-hari yang menyenangkan.
Artikel ini memberikan gambaran lengkap dan inspiratif bagi pendidik untuk menerapkan pendekatan holistik dalam pembelajaran. Pendidikan karakter tidak harus diajarkan dengan cara kaku. Justru, semakin sederhana dan menyenangkan bentuk kegiatannya, semakin kuat tertanam nilai-nilainya.
SFAQ (Structured Frequently Asked Questions)
1. Apa itu Gerakan 7KAIH dan
siapa yang mencetuskan?
Gerakan 7KAIH adalah pendekatan kokurikuler untuk membentuk kebiasaan positif
siswa melalui 7 nilai utama: beribadah, berolahraga, bermasyarakat, gemar
belajar, bangun pagi, tidur tepat waktu, dan makan sehat dan bergizi. Ini
dikembangkan sebagai bagian dari penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam
Kurikulum Merdeka.
2. Apakah kegiatan-kegiatan
ini bisa diterapkan di semua jenjang SD?
Ya, tetapi kontennya perlu disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan
kognitif anak. Untuk kelas 1–3 SD, kegiatan dilakukan dengan cara menyenangkan
dan sederhana.
3. Apakah orang tua perlu
dilibatkan dalam kegiatan 7KAIH?
Sangat dianjurkan. Keterlibatan orang tua memperkuat konsistensi kebiasaan baik
anak di sekolah dan di rumah, terutama pada kegiatan seperti tidur tepat waktu,
bangun pagi, dan makan sehat.
4. Bagaimana cara mengukur
keberhasilan kegiatan kokurikuler ini?
Sekolah dapat menggunakan jurnal siswa, refleksi mingguan, kalender evaluasi,
hingga observasi guru dan laporan dari orang tua untuk melihat perkembangan
karakter siswa secara kualitatif.
5. Apakah kegiatan ini harus
menggunakan biaya tambahan?
Tidak semua. Sebagian besar kegiatan menggunakan pendekatan kreatif,
kolaboratif, dan berbasis lingkungan sekitar sehingga bisa dilakukan dengan
minim anggaran.
Posting Komentar