CP PAUD 2025 - Unduh Capaian Pembelajaran PAUD (Fase Fondasi) 2025

Table of Contents

CP PAUD 2025 - Unduh Capaian Pembelajaran PAUD (Fase Fondasi) 2025

Capaian Pembelajaran PAUD (Fase Fondasi) 2025 Panduan Komprehensif Kurikulum Merdeka untuk Pendidikan Anak Usia Dini


gurumerangkum.com - Capaian Pembelajaran PAUD dalam Kurikulum Merdeka menekankan pembentukan nilai, keterampilan, dan sikap anak usia dini secara menyeluruh. Artikel ini menyajikan penjabaran lengkap Capaian Pembelajaran Fase Fondasi berdasarkan Keputusan No. 046/H/KR/2025. Panduan ini membahas elemen-elemen utama, tujuan, karakteristik pembelajaran PAUD, serta strategi implementasi efektif di satuan pendidikan anak usia dini.

Mengapa PAUD Adalah Fondasi Penting dalam Pendidikan?

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bukan sekadar tempat bermain bagi anak-anak. PAUD merupakan fondasi penting dalam membangun karakter, keterampilan, dan kesiapan anak untuk menempuh jenjang pendidikan selanjutnya. Dalam Kurikulum Merdeka, Capaian Pembelajaran PAUD atau fase fondasi telah dirumuskan dengan cermat agar selaras dengan konteks Indonesia yang beragam. Artikel ini menyajikan secara komprehensif isi Keputusan Kepala BSKAP No. 046/H/KR/2025 tentang Capaian Pembelajaran PAUD, dikemas dengan pendekatan SEO dan bahasa percakapan profesional agar mudah dipahami oleh para pendidik, orang tua, maupun pemerhati pendidikan.

1. Rasional Capaian Pembelajaran PAUD: Menjawab Kebutuhan Nyata Anak

Capaian Pembelajaran PAUD disusun berdasarkan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan anak usia dini. Rasional ini mencerminkan tiga hal utama:

1.1 Fleksibilitas dalam Perencanaan Pembelajaran

Satuan pendidikan diberi ruang untuk menyesuaikan pembelajaran berdasarkan kondisi sosial, budaya, dan sumber daya lokal. Ini memungkinkan adanya keberagaman strategi, tanpa melenceng dari arah tujuan utama pembelajaran.

1.2 Tidak Dibatasi Usia

Alih-alih mendikte capaian berdasarkan usia tertentu, CP PAUD dirancang agar berfokus pada hasil akhir setelah anak mengikuti seluruh fase pendidikan di PAUD. Ini menghargai laju perkembangan setiap anak yang bisa sangat berbeda.

1.3 Fokus pada Kesiapan Sekolah

Transisi dari PAUD ke SD diperhatikan secara menyeluruh—bukan hanya kemampuan calistung, tapi juga emosi, sosial, kognitif, dan motorik. Ini memberi anak landasan utuh untuk melangkah ke jenjang pendidikan dasar.

2. Tujuan Capaian Pembelajaran PAUD: Membangun Anak Utuh dan Bahagia

Tujuan utama CP PAUD adalah membentuk anak yang memiliki kemampuan fondasional untuk menjadi pelajar sepanjang hayat. Hal ini dicapai melalui:

2.1 Penguatan Nilai dan Moral

Pendidikan sejak dini harus menanamkan nilai agama, akhlak mulia, serta nilai-nilai Pancasila sebagai fondasi karakter bangsa.

2.2 Kesejahteraan Anak (Well-being)

Anak perlu merasakan kondisi fisik, mental, dan sosial yang sehat dan nyaman. Ini menjadi prasyarat agar pembelajaran bisa berjalan optimal.

2.3 Kesiapan untuk Pendidikan Dasar

Melalui CP PAUD, anak dibekali kemampuan yang relevan untuk jenjang SD, tanpa tekanan yang memaksakan pencapaian akademik secara dini.

3. Elemen-Elemen Capaian Pembelajaran: Pilar Utama Pengembangan Anak

CP PAUD dibagi ke dalam tiga elemen utama. Masing-masing elemen mencakup subelemen yang menggambarkan dimensi perkembangan anak secara menyeluruh.

3.1 Elemen Nilai Agama dan Budi Pekerti

Elemen ini mencakup pengenalan konsep Ketuhanan, praktik ibadah, serta sikap kasih sayang dan rasa syukur yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

3.2 Elemen Jati Diri

Berfokus pada pengembangan identitas diri, kematangan sosial-emosional, dan kemampuan motorik. Anak belajar mengenal siapa dirinya, bagaimana ia berinteraksi, dan bagaimana ia merawat dirinya secara mandiri.

3.3 Elemen Dasar-Dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Seni (STEM+Art)

Elemen ini menjadi jembatan awal menuju dunia akademik. Literasi tidak sebatas membaca dan menulis, tetapi juga komunikasi dan ekspresi. Matematika diperkenalkan melalui pola, bentuk, dan pengukuran. Sains, teknologi, dan seni diperkenalkan melalui eksplorasi dan kreativitas.

4. Karakteristik Pembelajaran PAUD: Bermain adalah Belajar

Pendekatan pembelajaran PAUD tidak bisa disamakan dengan jenjang pendidikan lain. Beberapa ciri khas pembelajaran PAUD yang harus diterapkan antara lain:

4.1 Interaktif dan Menyenangkan

Pembelajaran harus bersifat interaktif, menggugah rasa ingin tahu, dan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan.

4.2 Berpusat pada Anak

Guru merancang pembelajaran berdasarkan kebutuhan, minat, dan tahap perkembangan masing-masing anak.

4.3 Kolaboratif dengan Keluarga

Keterlibatan orang tua menjadi bagian penting dalam mencapai capaian pembelajaran. Pendidik dan keluarga membentuk kemitraan yang saling mendukung perkembangan anak.

5. Strategi Implementasi di Satuan PAUD: Dari Konsep ke Aksi

Mengimplementasikan CP PAUD membutuhkan strategi yang terencana. Berikut adalah langkah-langkah praktis yang bisa diterapkan satuan pendidikan:

5.1 Menyusun Tujuan Pembelajaran yang Kontekstual

Gunakan narasi CP PAUD sebagai acuan menyusun tujuan pembelajaran harian. Pastikan tujuan relevan dengan latar belakang anak.

5.2 Merancang Kegiatan Bermakna

Pilih aktivitas yang menyentuh berbagai aspek perkembangan anak dalam satu waktu. Misalnya, kegiatan memasak bisa mencakup matematika, bahasa, sains, dan sosial emosional.

5.3 Melakukan Asesmen Autentik

Asesmen di PAUD harus bersifat observasional dan dilakukan dalam konteks nyata. Dokumentasi perilaku anak dilakukan secara alami, bukan melalui tes.

6. Rincian Capaian Pembelajaran Fase Fondasi: Kompetensi Utama Anak PAUD

Setiap elemen dalam CP PAUD memiliki rumusan capaian spesifik yang menggambarkan hasil akhir yang diharapkan dari proses belajar anak usia dini. Berikut adalah penjabaran rinci dari tiga elemen utama CP PAUD:

6.1. Capaian Pembelajaran Elemen Nilai Agama dan Budi Pekerti

Elemen ini memuat empat subelemen penting:

  1. Keimanan dan Praktik Keagamaan
    Anak mulai mengenal siapa penciptanya, memahami dasar-dasar ajaran agamanya, dan menunjukkan minat untuk beribadah sesuai kepercayaannya.
  2. Kesadaran Diri dan Syukur
    Anak menunjukkan rasa syukur melalui tindakan menjaga kebersihan, kesehatan, dan keselamatan diri secara aktif.
  3. Akhlak Terhadap Sesama
    Anak menunjukkan perilaku baik, sopan, dan menghargai perbedaan saat berinteraksi dalam kelompok maupun individu.
  4. Kepedulian terhadap Alam dan Lingkungan
    Anak menyadari pentingnya menjaga lingkungan sekitar, memahami bahwa semua makhluk adalah ciptaan Tuhan yang perlu dihargai.

6.2. Capaian Pembelajaran Elemen Jati Diri

Elemen ini mencakup pengembangan identitas pribadi dan sosial anak:

  1. Mengenali Diri Sendiri
    Anak menyebutkan nama, jenis kelamin, ciri fisik, agama, minat, serta kebiasaan yang membentuk identitas mereka.
  2. Kematangan Sosial-Emosional
    Anak mampu menyampaikan perasaan, memahami emosi orang lain, serta mengelola konflik dengan sederhana.
  3. Peran Sosial
    Anak menyadari peran mereka sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dan komunitas masyarakat.
  4. Kesadaran Nasional dan Global
    Anak mengenal lambang negara, lagu kebangsaan, hingga menyebut negara lain sebagai bagian dari dunia.
  5. Keterampilan Motorik
    Anak mampu menggunakan keterampilan motorik kasar dan halus dalam berbagai aktivitas, seperti berpakaian, makan, menggambar, dan merawat diri.

6.3. Capaian Pembelajaran Elemen Dasar-Dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Seni

  1. Literasi Awal
    Anak menunjukkan minat pada buku, mampu bercerita, memahami instruksi sederhana, serta mulai mengenal simbol dan tulisan.
  2. Matematika Awal
    Anak menyadari bilangan, mengenali pola, bentuk, posisi, dan dapat membedakan ukuran objek. Ia juga peka terhadap waktu harian (pagi, siang, malam).
  3. Sains dan Rasa Ingin Tahu
    Anak aktif mengamati, menyimpulkan, dan menyebutkan penyebab terjadinya suatu peristiwa secara sederhana.
  4. Teknologi dan Rekayasa Awal
    Anak mengenal benda buatan manusia, menggunakan alat secara aman, dan mencoba menciptakan sesuatu dengan bahan sederhana.
  5. Seni dan Imajinasi
    Anak berekspresi melalui menggambar, bernyanyi, menari, atau bermain peran, serta menunjukkan apresiasi pada karya temannya.

7. Praktik Baik dalam Mengembangkan CP PAUD: Contoh Kasus dan Aplikasi

Memahami CP PAUD tidak cukup tanpa tahu bagaimana penerapannya di lapangan. Berikut adalah beberapa contoh praktik baik yang bisa diterapkan:

1 Integrasi Elemen dalam Satu Kegiatan

Satu kegiatan seperti “berkebun bersama” bisa menyentuh banyak elemen sekaligus: anak belajar literasi (menjelaskan proses menanam), matematika (menghitung jumlah bibit), sains (mengenal siklus tumbuh tanaman), hingga nilai agama (bersyukur atas ciptaan Tuhan).

2 Lingkungan Belajar Kaya Rangsangan

Satuan PAUD idealnya memiliki sudut baca, area eksplorasi alam, ruang bermain peran, dan berbagai media seni yang memfasilitasi perkembangan anak secara holistik.

3 Dokumentasi Perkembangan Anak

Alih-alih tes tertulis, pendidik mencatat pengamatan harian melalui portofolio, foto kegiatan, dan refleksi guru untuk menilai capaian anak secara autentik.

8. Kesalahan Umum dalam Penerapan CP PAUD dan Cara Menghindarinya

Beberapa satuan PAUD sering terjebak dalam miskonsepsi yang justru bertentangan dengan semangat CP PAUD:

1 Fokus Berlebihan pada Calistung

Paksaan belajar membaca, menulis, dan berhitung sebelum waktunya bisa menghambat perkembangan emosi dan motivasi anak.

2 Mengabaikan Elemen Sosial Emosional

Beberapa lembaga terlalu fokus pada akademik dan melupakan pentingnya pengelolaan emosi, kemandirian, dan interaksi sosial.

3 Pembelajaran yang Terlalu Seragam

Setiap anak berkembang dengan kecepatan berbeda. Oleh karena itu, pendidik wajib fleksibel dan mengadaptasi pembelajaran sesuai kebutuhan individual anak.

9. CP PAUD dan Peran Keluarga: Membangun Ekosistem Pembelajaran yang Kuat

Penerapan CP PAUD tidak bisa dilepaskan dari peran keluarga. Kerja sama antara pendidik dan orang tua sangat diperlukan untuk memastikan pembelajaran berlanjut di rumah.

1 Kolaborasi Guru-Orang Tua

Guru dapat mengundang orang tua dalam perencanaan kegiatan, memberi laporan perkembangan anak, dan menyusun strategi pembelajaran individual.

2 Aktivitas Rutin di Rumah

Orang tua bisa membantu anak belajar dengan kegiatan sederhana seperti membacakan buku cerita, mengajak anak berdiskusi saat memasak, atau membuat karya seni bersama.

10. Integrasi Capaian Pembelajaran PAUD dengan Jenjang Pendidikan Dasar

Capaian Pembelajaran PAUD dirancang bukan sebagai titik akhir, melainkan fondasi kokoh untuk melanjutkan ke fase A (kelas awal SD). Karena itu, kesinambungan kurikulum menjadi hal yang sangat penting.

1 Transisi yang Mulus antara PAUD dan SD

Anak-anak yang masuk SD harus tetap diperlakukan sebagai individu dengan kebutuhan bermain dan belajar yang menyatu. Kegiatan pembelajaran di fase A harus menyesuaikan karakter anak usia dini.

2 Kolaborasi Antarjenjang

Koordinasi antara guru PAUD dan guru kelas awal SD dapat dilakukan secara berkala, misalnya dengan pertemuan forum diskusi, pelatihan gabungan, atau proyek lintas jenjang. Hal ini membantu menciptakan kesinambungan dalam pendekatan pembelajaran.

3 Hindari "Peloncatan Kurikulum"

Sekolah dasar seringkali menerapkan pendekatan akademik terlalu cepat, padahal CP PAUD menekankan bahwa aspek emosi, sosial, dan identitas anak adalah prioritas. Maka, fase A bukan ruang untuk mempercepat pembelajaran akademik, melainkan memperkuat kesiapan.

11. Transformasi Satuan PAUD: Menerapkan Kurikulum Merdeka secara Holistik

Untuk mendukung implementasi CP PAUD, satuan pendidikan perlu melakukan transformasi internal dan eksternal.

1 Penguatan Kompetensi Pendidik

Guru PAUD perlu dibekali pemahaman menyeluruh tentang prinsip pembelajaran holistik, pendekatan berbasis anak, dan metode asesmen autentik. Pelatihan rutin dan komunitas belajar menjadi sangat penting.

2 Peran Kepemimpinan Kepala Satuan PAUD

Kepala satuan PAUD berperan dalam menciptakan budaya belajar, memfasilitasi pengembangan profesional guru, dan menjalin kolaborasi dengan masyarakat.

3 Keterlibatan Komunitas

Kurikulum Merdeka mendorong keterlibatan komunitas lokal dalam proses pendidikan. Orang tua, tokoh masyarakat, dan mitra lokal dapat dilibatkan dalam proyek atau kegiatan pembelajaran tematik.

Unduh Capaian Pembelajaran PAUD (Fase Fondasi) 2025 

Unduh Capaian Pembelajaran PAUD (Fase Fondasi) 2025 

Kesimpulan: Mewujudkan PAUD yang Menguatkan dan Membebaskan

gurumerangkum.com - Capaian Pembelajaran PAUD dalam Kurikulum Merdeka adalah langkah besar menuju pendidikan yang memerdekakan dan menguatkan anak sejak dini. Dengan menekankan nilai, keterampilan, dan kesejahteraan anak secara menyeluruh, CP PAUD mengajak semua pihak untuk melihat PAUD bukan sebagai tempat singgah sementara, tetapi sebagai pijakan utama yang menentukan kualitas pembelajaran selanjutnya.

Setiap anak berhak mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan, bermakna, dan sesuai dengan jati dirinya. Melalui pemahaman yang mendalam tentang CP PAUD, pendidik dan orang tua dapat menjadi pilar utama dalam membentuk generasi pembelajar sepanjang hayat.

SFAQ: Structured Frequently Asked Questions

1. Apakah CP PAUD mengharuskan anak bisa membaca dan menulis sebelum masuk SD?

Tidak. CP PAUD tidak menekankan hasil akademik seperti calistung sebagai syarat utama. Yang ditekankan adalah kesiapan belajar anak secara menyeluruh: emosi, sosial, motorik, dan kognitif.

2. Apa yang harus dilakukan jika anak belum mencapai semua CP saat lulus PAUD?

CP dirancang sebagai panduan akhir yang fleksibel. Tidak semua anak akan mencapai semua capaian secara sempurna. Fokusnya adalah proses belajar, bukan hasil instan.

3. Bagaimana peran orang tua dalam pencapaian CP PAUD?

Orang tua sangat berperan dalam mendampingi anak di rumah. Aktivitas sederhana seperti bercerita, bermain, atau eksplorasi lingkungan sangat membantu pencapaian CP.

4. Apakah satuan PAUD wajib menerapkan semua elemen dalam satu kegiatan?

Tidak harus. Namun, idealnya kegiatan dirancang secara tematik dan menyentuh berbagai elemen agar pembelajaran menjadi holistik.

5. Bagaimana melakukan asesmen anak PAUD?

Asesmen dilakukan secara autentik, melalui pengamatan keseharian anak. Guru mencatat perkembangan, bukan memberikan tes.

 

Posting Komentar